Organisasi
20.Organisasi
Belajar
Dalam
masa era teknologi komunikasi dan informasi ini maka perubahan kebutuhan
masyarakat dan lingkungan berkembang sangat pesat, sehingga masalahpun
bermunculan dengan bentuk dan kompleksitas yang sangat berbeda–beda, kondisi
ini menuntut setiap organisasi yang ada secara formal ataupun non formal pada
masyarakat untuk mampu bertahan dan berkembang menjalankan tugas dan
fungsinya sesuai dengan perubahan tersebut. Keluarga, sekolah, masyarakat,
kantor, perusahaan, bahkan pemerintah merupakan bentuk organisasi yang
harus mampu bertahan dan menyesuaikan diri terhadap segala perubahan lingkungan
yang terjadi. Oleh karena itu setiap organisasi harus mampu belajar
menyesuaikan dengan perubahan yang berkembang, sehingga dapat tumbuh dan
berkembang secara berkualitas. Perkembangan setiap organisasi akan tergantung
pada pengetahuan anggotanya atau karyawannya, dengan demikian organisasi perlu
terus belajar. Maka organisasi belajar menjadi kebutuhan dari masyarakat pada
era informasi saat ini. Berbagai pengertian tentang organisasi belajar telah
berkembang dari berbagai teori dan konsep, pada kesempatan ini akan dibahas
pengertian organisasi belajar menurut Marquardt dan Senge.
Marquardt
(1996) mendefinisikan organisasi belajar secara eksplisit sebagai
organisasi yang belajar bersama dengan sungguh-sungguh, dan senantiasa
menstransformasikan diri dengan mengumpulkan, mengelola dan menggunakan
pengetahuan untuk keberhasilan organisasi. Organisasi tersebut
memberdayakan semua orang yang ada didalam ataupun diluar organisasi untuk
belajar sambil bekerja dengan memanfaatkan teknologi untuk mengoptimalkan
proses belajar dan produktifitas.
Senge
(1994) walaupun tidak merumuskan definisi dari organisasi belajar secara
eksplisit seperti halnya Marquardt, namun melalui konsep The Fifth
Discipline telah menjelaskan bahwa terdapat lima hal penting yang saling
terkait satu sama lain dalam menciptakan organisasi belajar. Setiap komponen
merupakan unsur vital dalam membangun dan menciptakan organisasi yang
sungguh-sungguh belajar. Masing masing komponen di namakan sebagai
disiplin yang merupakan perangkat teori dan tehnik yang harus dipelajari dan
dikuasai dalam rangka membangun organisasi belajar. Dan setiap komponen
tersebut walaupun berkembang secara terpisah, tetapi masing-masing saling
terkait dan mendukung keberhasilan komponen yang lain. Komponennya adalah
sebagai berikut: berfikir system (system thinking), penguasaan pribadi (personal
mastery), pola mental ( mental model), visi bersama (shared vision), dan
belajar kelompok (team learning)
Dari
pengertian organisasi belajar menurut Marquardt dan Senge tersebut,
menunjukan adanya kesamaan penekanan pada pinsip organisasi belajar. Bahwa
belajar di lakukan secara sadar oleh semua unsur secara menyeluruh atau bersama
dengan sungguh-sungguh dan dilakukan secara terus menerus.dalam organisasi.
Sehingga semua individu dan bagian terlibat dalam kegiatan belajar, tentu hal
ini merupakan kekuatan yang luar biasa untuk mencapai tujuan dalam mewujudkan
visi organisasi, oleh karena itu dapat divisualisasikan bahwa organisasi
memiliki satu otak yang tangguh. Hal ini sesuai dengan pendapat Charles
(1995) yang menjelaskan bahwa karakteristik organisasi belajar adanya curiosity,
forgiveness, trust , togetherness. Sehingga organisasi belajar akan
terwujud apabila seluruh anggota organisasi secara bersama memiliki komitmen
untuk terus belajar, semangat mencari inovasi dan kreatifitas baru, saling
memahami satu sama lain dan selalu berubah dalam merespon kebutuhan lingkungan.
Kemudian
keduanya menekankan bahwa proses belajar dilakukan pada saat bekerja, sehingga
merupakan kegiatan yang terintegrasi secara efektif yang otomatis akan
meningkatkan kualitas kinerja setiap individu yang akan berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas produktifitas organisasi tersebut. Kegiatannya dilandaskan
pada aspirasi, refleksi, dan konseptualisasi bersama. Ternyata kondisi yang
bebas dapat membentuk dan menstimulus aspirasi kelompok. Oleh karena itu
organisasi belajar akan tercipta jika suasana yang bebas diberikan bagi
individu dan kelompok yang ada pada organisasi untuk belajar secara
berkesinambungan.
Kemampuan
berfikir system harus dimiliki dalam organisasi belajar, sebagaimana Senge
menetapkannya sebagai poin pertama dalam the fifth discipline, begitupun
Marquardt yang menekankan bahwa belajar merupakan suatu sub system dalam
organisasi belajar, sementara sub sitem lainnya adalah; organisasi,
pengetahuan, orang dan teknologi. Kedua tokoh ini memandang bahwa kemampuan
berfikir sistem ini merupakan hal yang fundamental dalam organisasi belajar,
karena segala usaha setiap individu dan bagian saling berkaitan, saling
mempengaruhi dan sekaligus saling membentuk sinergi satu sama lain. Oleh karena
itu organisasi harus mampu melihat pola perubahan secara menyeluruh, organisasi
juga harus dapat bertindak sesuai dengan perubahan yang terjadi pada
lingkungannya. Hal ini akan memperkuat organisasi untuk dapat bertahan
dan berkembang sesuai perubahan yang terjadi. Kondisi ini sebagaimana
dinyatakan dalam pandangan metamorphosis organisasi yang digambarkan sebagai
organisme yang dapat hidup dan mengalami proses tumbuh dan berkembang sesuai
dengan pengaruh lingkungan. Dengan berfikir system ini maka organisasi tidak
akan pernah bisa dipisahkan dengan lingkungannya, organisasi harus selalu
berubah sebagai respon untuk menyesuaikan perubahan yang terjadi pada
lingkungannya. Maka organisasi akan mampu bersaing dalam era perubahan ini.
Dari
kedua pengertian tersebut juga menekankan hal yang sama, bahwa semua orang
dalam organisasi secara individu ataupun kelompok memiliki kemampuan /
potensi yang harus digali dan dikembangkan untuk mencapai tujuan organisasi.
Oleh karena itu setiap individu dan kelompok perlu di fasilitasi untuk dapat
melakukan kegiatan belajar secara bebas dan terus menerus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya, sehingga akan meningkatkan kinerja individu,
kelompok dan berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
Senge
juga berpendapat bahwa manusia sebagai individu akan mengembangkan kemampuan
untuk meningkatkan kapasitasnya secara terus menerus, sehingga secara alami
akan terus berkembang pola berfikirnya. Hal ini juga di kemukakan oleh
Marquardt yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk selalu
menyesuaikan diri dan memperbaharui dirinya dalam rangka upaya
meningkatkan diri untuk merespon perubahan lingkungan yang ada
disekitarnya. Maka keduanya memandang bahwa manusia sebagai mahluk yang selalu
ingin berubah akan selalu belajar dalam upaya merespon kebutuhan diri dan
lingkungannya untuk meningkatkan kemampuannya. Dengan kata lain manusia akan
terus belajar bagaimana cara belajar dan mengembangkan kapasitas diri.
Perbedaan
dari kedua pendapat tentang organisasi belajar bahwa Senge meyakini organisasi
akan mampu bertahan dan berkembang menghadapi perubahan lingkungan apabila
selalu memiliki kemampuan dan keterampilan baru serta sensitive terhadap
perubahan, dengan menerapkan lima komponen penting yaitu; berfikir
system, penguasaan pribadi, pola mental, visi bersama dan belajar secara tim.
Sedangkan Marquardt meyakini bahwa organisasi belajar akan tercipta apabila
seluruh komponen penting yang ada dalam system diperhatikan yaitu; organisasi,
pengetahuan, orang dan teknologi. Dalam memandang perbedaan penekanan komponen
penting untuk menciptakan organisasi belajar tersebut, penulis menyimak nilai
dan makna yang saling keterkaitan sebagai berikut; Bahwa organisasi
sebagai system akan menjadi penentu terciptanya kegiatan belajar yang
menyeluruh bagi anggotanya, sehingga bagaimana organisasi mampu memfasilitasi
anggotanya untuk belajar dengan cara menggali informasi yang dimiliki dan
mengembangkan serta menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan
organisasi dalam mewujudkan visi organisasinya. Sebagai sumber daya utama dalam
upaya menciptakan organisasi belajar adalah manusia sebagai orang yang terlibat
dalam organisasi, yang selalu memiliki kreatifitas, inovasi dan sensitifitas
dalam mengupayakan suatu perubahan yang akan bermanfaat dalam kelompoknya untuk
mencapai tujuan organisasi, tentunya sebagai upaya untuk mempermudah proses
penggalian, pemeliharaan dan pemanfaatan pengetahuan yang ada dalam organisasi
sehingga dapat dijadikan sumber belajar, maka diperlukan adanya teknologi.
Melalui penggunaan teknologi, kegiatan belajar akan menjadi lebih efektif dan
efisien. Sehingga dari kedua tokoh tersebut walaupun berbeda menentukan
komponen yang sangat berpengaruh dalam mewujudkan organisasi belajar, ternyata
nilai dan maknanya memiliki keterkaitan satu sama lain.
Bahkan pendapat kedua tokoh ini saling memperkuat upaya menciptakan organisasi
yang senantiasa belajar bersama dalam meningkatkan kinerja individu dan
kelompok untuk mewujudkan tujuan organisasi. Sehingga organisasi selalu siap
menghadapi segala tantangan dan perubahan yang terjadi dalam lingkungannya,
bahkan mampu mengantisipasi kemungkinan perubahan yang akan terjadi. Kemampuan
ini akan membuat organisasi semakin tangguh dan selalu berkembang, serta mampu
bersaing dalam segala situasi.
Komentar
Posting Komentar